Sabtu, 02 April 2011

MASA AWAL PERKEMBANGAN ISLAM DAN TAREKAT-TAREKAT DI INDONESIA

 Berdasarkan kepada buku-buku sejarah baik yang ditulis oleh Penulis Barat, Arab, Cina dan Indonesia yang berskala Nasional maupun lokal/kedaerahan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia melalui Aceh, Malaka(di Malaysia) dan Gresik (di Jawa Timur) dibawa oleh para pedagang Muslim baik lansung dai Jazirah Arab, maupun dari wilayah India yang sudah dikuasai Islam dari suatu daerah di Campa (Cambodia) pada abad ke 12.

 

Kerajaan Islam pertama di Aceh yaitu Kerajaan Perlak berdiri tahun 1128 M, raja pertamanya adalah Pasai (di Aceh Timur) berdiri tahun 1161 Sultan pertamanya Laksamana Al Kamil berkebangsaan Mesir, pejabat bawahan dari Sultan Mesir dinasty Fathimiyah beraliran Syiah. Kemudian berdiri lagi Kerajaan IslamSamudra (di Aceh Timur) yang dipimpin oleh Sultan Malikul Saleh penduduk Asli Aceh, dari Madzhab Syafi'i tahun 1284 Sultan di Samudra ini anti Siah yang saat itu dianut Sultan Pasai. Selanjutnya Pasai diserbu dan disatukan dengan samudra..

 

Kerajaan - kerajaan Islam di Aceh ini pernah diserang oleh Tentara Kerajaan Hindu Sriwijaya yang didukung oleh Tentara Majapahit dipimpin Gajah Mada tetapi tidak semuanya berhasil dihancurkan, bahkan melahirkan kerajaan-kerajaan Islam baru di pantai utara Sumatera dan pantai Barat..

 

Di Jawa, Demak sebagai Kerajaan Islam pertama didirikan atas saran para wali (Ulama Tarekat) oleh Raden fatah alias Sultan Al fatah alias Pangeran Jim Bun alias Adipati Bintoro Putera Bre Kertabumi Raja Majapahit terakhir dari isteri selir Cina beragama Islam kerabat Sunan Ampel pada tahun 1478 Kerajaan Majapahit di bawah Prabu Kertabumi (ayah Raden Patah) ditaklukan oleh tentara Demak yang dipimpin oleh Fatahillah / Faletehan, Sunan kudus, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga dan Sultan Trenggono (Putera Rdn. Patah) para Sunan tersebut adalah Mursyid Tarekat..

 

Kerajaan Islam Demak dibawah Raden Patah menjadi sponsor bagi Syekh Syarif Hidayatulloh / Sunun Gunung Jati seorang Musyid Tarekat untuk mendirikan Kerajaan Islam Cirebon, yang merdeka lepas dari Pejajaran tahun 1479 selanjutnya dapat menghancurkan Pejajaran tahun 1579 dilakukan oleh Sultan Banten Maulan Yusuf  putera Sultan Hasanudin cucu Sunan Gunung Jati. Sebagaiman kita ketahui bahwa Kesultan Banten dibentuk oleh Sunan Gunung Jati..

  Selain di Sumatera dan di Jawa, maka di Kalimantan berdiri pula kerajaan Islam yaitu Kerajaan Banjan tahun 1550, Kerajaan Islam Kutai di Kalimantan Timur tahun 1575 bersama waktunya pula dengan Kerajaan Sambas di Kalimantan Barat yang disponsori Oleh Demak..

 

Kerajaan Ternate di Maluku sebagai Kerajaan Islam terbesar di Indonesia Bagian Timur meliputi Sulawesi, Maluku dan sebagian Irian Jaya berdiri tahun 1486 juga atas sponsor Demak dan Sunan Giri di Gresik.

 .  
 Para pendiri dan pendukung berdirinya kerajaan-kerajaan Islam awal Indonesia sebagaimana tersebut diatas, berdasarkan hasil penelitian para pakar sejarah sebagaian besar adalah para Ulama yang mengamalkan dan sekaligus mengajarkan Tareket, mereka penganut Tarekat Naqsyambandiyyah, Qodiriyah dan Sattariyyah. Madzhab yang dianut sebagaian besar Madzhab Syafi'i dan ada pula Hanafi..

   Dengan demikian maka dapatlah dikatakan disini bahwa Tarekat -tarekat apakah itu Qodiriyyah, Naqsyabandiyyah maupun Sattariyyah dan lainnya sudah diamalkan di Indonesia sejak abad 13 bersamaan dengan awal berdirnya Kerajaan-kerajaan Islam..

 
Oleh karena itu perlu dicari sebab-sebabnya mengapa pada saat sekarang ini masih banyak Umat Islam  yang tidak  tahu tentang Tarekat dan Tasawuf bahkan ada yang menjauhi dan tidak membenarkan sama sekali untuk dipelajari dan diamalkan terlebih lagi ada yang menyatakan bahwa mengamlakan Tarekat dapat membahayakan jiwa..

 
Menurut penelitian, situasi itu antara lain sebagai akibat cukup lamanya bangsa Indonesia dijajah oleh kafir Belanda, diman para akhli Belanda adalah tentang Islam mengangap bahwa ancaman paling berat bagi kafir belanda adalah para ulama yang mengamalkan dan mengajarkan Tarekat..

   Hal tersebut dilatar belakangi oleh pendapat Akhli strategi perang belanda yang mempunyai bukti cukup banyak bahwa semua perlawanan dan peperangan melawan belanda sponsornya adalah para ulama dari beberapa aliran Tarekat yang sudah berkembang dan banyak dianut oeh umat Islam  di Indonesia sat itu. Bukti-bukti keterlibatan ulama tarekat baik dalam Perang Aceh, Perang Padri, di Sumatera Barat, Perang Banten, Perang Goa di Sulawesi selatan dan Perang Diponegoro terdapat dalam dokumen militer penjajah belanda saat ini ada di museum Universitas Leiden di Negeri Belanda..

 

Tarekat Naqsyabandiyyah, Qodiriyyah dan Sattariyyah memasuki Indonesia mulai dari Aceh terus ke Sumatera Barat kemudian ke Sulawesi Selatan terus ke ternate dan daerah lainnya di Indonesia, pada masa awal perkembangan Islam. Sedangkan Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyah / TQN masuk melalui Sambas di Kalimantan Barat terus di jawa. kemudian ke daerah lainnya di Indonesia pada pertengahan abad ke 19. .

 

Cirebon, 1 Muharam 1416 H
          31 Mei 1995.

              Penyusun..

 R.H. UNANG SUNARDJO, SH

 Berdasarkan kepada buku-buku sejarah baik yang ditulis oleh Penulis Barat, Arab, Cina dan Indonesia yang berskala Nasional maupun lokal/kedaerahan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia melalui Aceh, Malaka(di Malaysia) dan Gresik (di Jawa Timur) dibawa oleh para pedagang Muslim baik lansung dai Jazirah Arab, maupun dari wilayah India yang sudah dikuasai Islam dari suatu daerah di Campa (Cambodia) pada abad ke 12.

 

Kerajaan Islam pertama di Aceh yaitu Kerajaan Perlak berdiri tahun 1128 M, raja pertamanya adalah Pasai (di Aceh Timur) berdiri tahun 1161 Sultan pertamanya Laksamana Al Kamil berkebangsaan Mesir, pejabat bawahan dari Sultan Mesir dinasty Fathimiyah beraliran Syiah. Kemudian berdiri lagi Kerajaan IslamSamudra (di Aceh Timur) yang dipimpin oleh Sultan Malikul Saleh penduduk Asli Aceh, dari Madzhab Syafi'i tahun 1284 Sultan di Samudra ini anti Siah yang saat itu dianut Sultan Pasai. Selanjutnya Pasai diserbu dan disatukan dengan samudra..

 

Kerajaan - kerajaan Islam di Aceh ini pernah diserang oleh Tentara Kerajaan Hindu Sriwijaya yang didukung oleh Tentara Majapahit dipimpin Gajah Mada tetapi tidak semuanya berhasil dihancurkan, bahkan melahirkan kerajaan-kerajaan Islam baru di pantai utara Sumatera dan pantai Barat..

 

Di Jawa, Demak sebagai Kerajaan Islam pertama didirikan atas saran para wali (Ulama Tarekat) oleh Raden fatah alias Sultan Al fatah alias Pangeran Jim Bun alias Adipati Bintoro Putera Bre Kertabumi Raja Majapahit terakhir dari isteri selir Cina beragama Islam kerabat Sunan Ampel pada tahun 1478 Kerajaan Majapahit di bawah Prabu Kertabumi (ayah Raden Patah) ditaklukan oleh tentara Demak yang dipimpin oleh Fatahillah / Faletehan, Sunan kudus, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga dan Sultan Trenggono (Putera Rdn. Patah) para Sunan tersebut adalah Mursyid Tarekat..

 

Kerajaan Islam Demak dibawah Raden Patah menjadi sponsor bagi Syekh Syarif Hidayatulloh / Sunun Gunung Jati seorang Musyid Tarekat untuk mendirikan Kerajaan Islam Cirebon, yang merdeka lepas dari Pejajaran tahun 1479 selanjutnya dapat menghancurkan Pejajaran tahun 1579 dilakukan oleh Sultan Banten Maulan Yusuf  putera Sultan Hasanudin cucu Sunan Gunung Jati. Sebagaiman kita ketahui bahwa Kesultan Banten dibentuk oleh Sunan Gunung Jati..

  Selain di Sumatera dan di Jawa, maka di Kalimantan berdiri pula kerajaan Islam yaitu Kerajaan Banjan tahun 1550, Kerajaan Islam Kutai di Kalimantan Timur tahun 1575 bersama waktunya pula dengan Kerajaan Sambas di Kalimantan Barat yang disponsori Oleh Demak..

 

Kerajaan Ternate di Maluku sebagai Kerajaan Islam terbesar di Indonesia Bagian Timur meliputi Sulawesi, Maluku dan sebagian Irian Jaya berdiri tahun 1486 juga atas sponsor Demak dan Sunan Giri di Gresik.

 .  
 Para pendiri dan pendukung berdirinya kerajaan-kerajaan Islam awal Indonesia sebagaimana tersebut diatas, berdasarkan hasil penelitian para pakar sejarah sebagaian besar adalah para Ulama yang mengamalkan dan sekaligus mengajarkan Tareket, mereka penganut Tarekat Naqsyambandiyyah, Qodiriyah dan Sattariyyah. Madzhab yang dianut sebagaian besar Madzhab Syafi'i dan ada pula Hanafi..

   Dengan demikian maka dapatlah dikatakan disini bahwa Tarekat -tarekat apakah itu Qodiriyyah, Naqsyabandiyyah maupun Sattariyyah dan lainnya sudah diamalkan di Indonesia sejak abad 13 bersamaan dengan awal berdirnya Kerajaan-kerajaan Islam..

 
Oleh karena itu perlu dicari sebab-sebabnya mengapa pada saat sekarang ini masih banyak Umat Islam  yang tidak  tahu tentang Tarekat dan Tasawuf bahkan ada yang menjauhi dan tidak membenarkan sama sekali untuk dipelajari dan diamalkan terlebih lagi ada yang menyatakan bahwa mengamlakan Tarekat dapat membahayakan jiwa..

 
Menurut penelitian, situasi itu antara lain sebagai akibat cukup lamanya bangsa Indonesia dijajah oleh kafir Belanda, diman para akhli Belanda adalah tentang Islam mengangap bahwa ancaman paling berat bagi kafir belanda adalah para ulama yang mengamalkan dan mengajarkan Tarekat..

   Hal tersebut dilatar belakangi oleh pendapat Akhli strategi perang belanda yang mempunyai bukti cukup banyak bahwa semua perlawanan dan peperangan melawan belanda sponsornya adalah para ulama dari beberapa aliran Tarekat yang sudah berkembang dan banyak dianut oeh umat Islam  di Indonesia sat itu. Bukti-bukti keterlibatan ulama tarekat baik dalam Perang Aceh, Perang Padri, di Sumatera Barat, Perang Banten, Perang Goa di Sulawesi selatan dan Perang Diponegoro terdapat dalam dokumen militer penjajah belanda saat ini ada di museum Universitas Leiden di Negeri Belanda..

 

Tarekat Naqsyabandiyyah, Qodiriyyah dan Sattariyyah memasuki Indonesia mulai dari Aceh terus ke Sumatera Barat kemudian ke Sulawesi Selatan terus ke ternate dan daerah lainnya di Indonesia, pada masa awal perkembangan Islam. Sedangkan Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyah / TQN masuk melalui Sambas di Kalimantan Barat terus di jawa. kemudian ke daerah lainnya di Indonesia pada pertengahan abad ke 19. .

 

Cirebon, 1 Muharam 1416 H
          31 Mei 1995.

              Penyusun..

 R.H. UNANG SUNARDJO, SH

0 komentar:

Posting Komentar